Jumat, 27 Juni 2014

PEDOMAN MEMILIH DAN MENYUSUN BAHAN AJAR

( Disusun Oleh : Rudi Salam Sinulingga )


BAB I
PENDAHULUAN

Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus,materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk “materi pokok”. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebutsehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana caramemanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan dimaksudadalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan caramempelajarinya ditinjau dari pihak murid.Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalahdimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup,urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dsb.Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber dimana bahan ajar itu didapatkan.
Ada kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain bukuyang dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harussering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilihsebagai sumber bahan ajar.Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaranterlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal,urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku.
Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkahlangkah pemilihan, perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran



BAB II
PEMBAHASAN
           
A.        HAKIKAT BAHAN AJAR
Bahan ajar/ materi pembelajaran, atau dalam bahasa arab disebut al-mawad al-ta’limiyyah (al-mawad al-dirasiyyah) merupakan hal yang penting dalam sebuah proses belajar mengajar, dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan.[1]
Wina Sanjaya menjelaskan pengertian bahan atau materi pelajaran (lerning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran (subject-centered learning), materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran, karena keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum.[2]
Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Merril membedakan isi (materi pelajaran) menjadi empat macam, yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Sedangkan menurut Hilda Taba, bahan atau materi pelajaran dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan, yakni fakta khusus, ide-ide pokok, konsep, dan sistem berpikir.[3]
Oemar Hamalik menjelaskan, bahan pengajaran adalah bagian integral dalam kurikulum sebagaimana yang telah ditentukan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran. Itu sebabnya, dapat dikatakan bahwa bahan pengajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum itu sendiri.  Isi kurikulum senantiasa mengacu ke usaha pencapaian tujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan instruksional bidang studi. Bahan-bahan pengajaran itu sendiri adalah sebagai rincian daripada pokok-pokok bahasan dan subpokok-subpokok bahasan dalam GBPP/ kurikulum bidang studi bersangkutan.[4]
Selain itu, bahan pengajaran merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar, yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan pengajaran, serta menentukan kegiatan belajar mengajar. Karena itu, perencanaan bahan pengajaran perlu mendapat pertimbangan secara tepat. Bahan pengajaran bukan semata-mata berarti semua uraian yang tertera dalam buku sumber atau sumber tercetak lainnya, melainkan memiliki klasifiksi tertentu. Berdasarkan klasifikasi itulah, kemudian guru memilih bahan yang mana yang akan disajikan dalam perencanaan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebagai kerangka acuan, bahan pengajaran umumnya diklasifikasikan dalam tiga bidang, yakni pengetahuan, keterampilan, dan afektif. Hal ini sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. [5]

B.        STRATEGI PEMILIHAN BAHAN AJAR
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.[6]
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, menuturkan bahwa dalam memilih sumber belajar (bahan ajar), harus didasarkan atas kriteria tertentu yang secara umum terdiri dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Kedua kriteria pemilihan sumber belajar tersebut berlaku baik untuk sumber belajar yang dirancang maupun bagi sumber belajar yang dimanfaatkan.[7]
Maka setelah mengetahui kriteria-kriteria pemilihan bahan ajar, perlu dijelaskan juga tentang garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar, yang meliputi:[8]

1.         Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Sedangkan materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.

2.          Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam mengajarkannya.
Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda.

3.          Memilih sumber bahan ajar
Setelah jenis materi ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual.
Oemar Hamalik menetapkan lima langkah yang perlu ditempuh dalam rangka memilih dan menentukan bahan pelajaran,[9] yaitu:
Langkah ke-1
Pelajari GBPP yang berkenaan dengan tujuan kurikuler dan tujuan instruksional, pokok bahasan, dan subpokok-subpokok bahasan.
Langkah ke-2
Pelajari bahan pengajaran yang berkenaan dengan ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran, yang bersumber dari buku tertentu, dan sumber masyarakat.
Langkah ke-3
Pelajari konsep, prinsip, keterampilan, dan aspek-aspek afektif yang terkandung dalam tiap komponen bahan pelajaran.
Langkah ke-4
Susun rincian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang hendak dicapai.
Langkah ke-5
Tetapkan evaluasi bahan pelajaran untuk tiap pokok bahasan yang telah dikembangkan dalam satuan pelajaran.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran,[10] antara lain:
a.         Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/ menunjang tercapainya tujuan instruksional, dalam rangka mewujudkan fungsi pendidikan yang diemban oleh sebuah lembaga.
b.        Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan perkembangan siswa pada umumnya, karena suatu topik yang sama dapat berbeda tingkat kedalamannya untuk tingkat sekolah/ kelas yang berbeda.
c.         Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Artinya antara bahan yang satu dengan bahan yang berikutnya ada hubungan fungsional, di mana bahan yang satu menjadi dasar untuk/ berkaitan dengan bahan berikutnya.
d.        Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual. Faktual sifatnya konkret dan mudah diingat, sedangkan konseptual berisikan konsep-konsep abstrak, dan memerlukan pemahaman yang lebih dalam.

Secara lebih terperinci, Andi Prastowo menuliskan langkah-langkah dalam pemilihan masing-masing bahan ajar, yaitu: pertama, pemilihan bahan ajar cetak (meliputi handout, buku teks pelajaran, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart, dan foto atau gambar). Kedua, pemilihan bahan ajar model atau maket. Ketiga, pemilihan bahan ajar audio (meliputi radio dan kaset/ PH/ CD). Keempat, pemilihan bahan ajar audio-visual (meliputi video, film, dan orang), dan kelima, pemilihan bahan ajar interaktif.[11]

C.   STRATEGI PENYUSUNAN BAHAN AJAR
Dalam penyusunan bahan ajar, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, agar pesan yang ingin disampaikan bermakna sebagai bahan pelajaran.[12] Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Novelty. Artinya suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau mutakhir.
b.    Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan pengalaman siswa.
c.     Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga menggugah emosi.
d.    Humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas sehingga menampilkan kesan lucu.
Sedang dalam proses penyusunan (dalam hal ini ada juga yang menggunankan bahasa ‘pengemasan’) materi pembelajaran, dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pengemasan secara visualdan pengemasan dalam bentuk cetakan. Dan dalam bentuk apapun, pengemasan bahan pelajaran harus memperhatikan kriteria di atas.
Selain kriteria-kriteria tersebut di atas, ada beberapa pertimbangan teknis yang perlu diperhatikan dalam mengemas materi pelajaran,[13] yaitu:
1.                  Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
Kesesuaian antara pengemasan bahan pelajaran dengan tujuan yang harus dicapai, harus menjadi bahan pertimbangan pertama. Sebab, dalam pendekatan sistem, tujuan adalah komponen yang utama dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pengemasan materi pelajaran sebaiknya ditentukan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai baik tujuan dalam bentuk perubahan perilaku yang bersifat umum(goals), maupun perilaku terukur dalam bentuk indikator hasil belajar (objectives).

2.                  Kesederhanaan
Bahan pelajaran dikemas dengan tujuan untuk mempermudah siswa belajar. Dengan demikian, kesederhanaan pengemasan baik dalam bentuk pengemasannya itu sendiri, atau bahasa yang digunakan merupakan salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan.

3.                  Unsur-unsur desain pesan
Dalam setiap kemasan, sebaiknya terdapat unsur gambar dan caption, dan unsur gambar atau caption itu harus menjadi bagian dari teknik penyajian. Sebab, salah satu kriteria keberhasilan pengemasan pesan atau informasi yang disajikan adalah apakah pengemasan tersebut mudah dipahami atau tidak. Agar lebih mudah dipahami, maka penyajian pesan harus menyertakan gambar atau caption.

4.                  Pengorganisasian bahan
Bahan pelajaran sebaiknya disusun dalam bagian-bagian menuju keseluruhan. Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami manakala disusun dalam bentuk unit-unit terkecil atau dalam bentuk pokok-pokok bahasan yang dikemas secara induktif. Selesai siswa mempelajari unit tertentu segera berikan umpan balik, demikian seterusnya sampai siswa menguasai materi secara keseluruhan secara tuntas (mastery).

5.                  Petunjuk cara penggunaan
Dalam bentuk apapun pengemasan materi harus disusun petunjuk cara penggunaannya. Hal ini sangat penting, apalagi seandainya bahan ajar dikemas untuk pembelajaran mandiri seperti modul, pengajaran berprogama (program teaching) atau mungkin CD Interaktif dan pembelajaran melalui kaset.

Adapun bentuk pengemasan bahan pelajaran, dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam,[14]yaitu:
1.         Materi pelajaran terprogram
Materi pelajaran terprogram adalah salah satu bentuk penyajian materi pembelajaran individual, sehingga meteri pelajaran dikemas untuk dapat dipelajari secara mandiri.
Adapun ciri-ciri dari materi pelajaran terprogram adalah:
a.       Materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit atau bagian terkecil
b.      Menuntut aktivitas siswa
c.       Mengetahui dengan segera setiap selesai mempelajari materi pelajaran
Materi terprogram bisa dikemas dalam bentuk tercetak (printed material), yang kemudian dikenal dengan pengajaran terprogram (program teaching) atau bisa dalam bentuk non-tercetak seperti dalam bentuk video dan komputer (computer based instructional).
Dalam pengajaran terprogram, harus memberikan umpan balik tentang jawaban atas pertanyaan yang diberikan setelah siswa mempelajari sataun terkecil dari materi pelajaran, maka dalam bingkai berikutnya disajikan jawaban yang benar. Dengan demikian, siswa dapat mengoreksi sendiri dari setiap jawaban.
Berikut gambar desain pengemasan materi pelajaran terprogram:
Bingkai 1
Bingkai 2
Bingkai 3
Bingkai 4
Materi Pelajaran 1
Jawaban 1
Jawaban 2
Jawaban 3
Item Tes 1
Materi Pelajaran 2
Materi Pelajaran 3
Materi Pelajaran 4
Item Tes 2
Item Tes 3
Item Tes 4

2.         Pengemasan materi melalui modul
Seperti halnya materi pelajaran terprogram, pengemasan materi pelajaran melalui modul merupakan bentuk pengemasan materi individual. Materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk modul memungkinkan siswa dapat belajar lebih cepat atau lebih lambat sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Dalam sebuah modul, minimal berisi tentang:
a.       Tujuan yang harus dicapai
b.      Petunjuk penggunaan
c.       Kegiatan balajar (materi yang harus dipelajari oleh siswa)
d.      Rangkuman materi (garis-garis besar materi pelajaran)
e.       Tugas dan latihan
f.        Sumber bacaan
g.       Item-item tes
h.      Kriteria keberhasilan
i.         Kunci jawaban

3.         Pengemasan materi pelajaran kompilasi
Kompilasi adalah bahan belajar yang disusun dengan mengambil bagian-bagian yang dianggap perlu dari berbagai sumber belajar dan menggabungkannya menjadi satu kesatuan untuk dipelajari siswa.  Sumber belajar yang menjadi bahan kompilasi biasanya berasal dari buku-buku teks (text book), yang dianggap langka sehingga sulit didapatkan oleh para siswa.
Manfaat yang bisa diambil dari pengemasan materi pelajaran kompilasi, diantaranya adalah siswa dapat belajar secara utuh dari bahan-bahan yang diperlukan sehingga dapat menghemat waktu dan biaya, karena materi pelajaran sudah merupakan kesatuan dari bahan-bahan yang tercecer.
Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan materi pelajaran kompilasi ini adalah:
a.       Tentukan tujuan yang harus dicapai
b.      Kemukakan secara ringkas tentang bahan-bahan yang dikompilasikan
c.       Jelaskan petunjuk-petunjuk dalam mempelajari bahan kompilasi
d.      Buatlah alat tes
e.       Antara satu bahan yang diambil dari satu sumber dan sumber lainnya, diberi penyekat
Sedangkan menurut Andi Prastowo, ada tiga langkah utama pembuatan bahan ajar yang mudah diaplikasikan,[15] yaitu:
1)         Analisis kebutuhan bahan ajar
Analisis kebutuhan bahan ajar merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Langlah ini meliputi tiga tahap, yaitu:
a.         Menganalisis kurikulum
Ada lima hal yang perlu diperhatikan, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, dan pengalaman belajar.
b.          Menganalisis sumber belajar
Ada tiga kriteria yang harus diperhatikan dalam analisis sumber belajar, yaitu: ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan.
c.         Memilih dan menentukan bahan ajar
Berkaitan dengan pemilihan dan penentuan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan pedoman, yaitu: prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

2)      Menyusun peta bahan ajar
Menurut Diknas (2004), paling tidak ada tiga kegunaan penyusunan peta bahan ajar, yaitu:
a.    Mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis
b.    Mengetahui sekuensi atau urutan bahan ajar
c.     Menentukan sifat bahan ajar

3)          Membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bentuk bahan ajar
Bahan ajar terdiri atas susunan bagian-bagian yang kemudian dipadukan, sehingga menjadi sebuah bangunan utuh yang layak disebut bahan ajar.
Secara umum, terdapat tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu:
a.         Judul
b.        Petunjuk belajar
c.         Kompetensi dasar atau materi pokok
d.        Informasi pendukung
e.         Latihan
f.          Tugas atau langkah kerja
g.         Penilaian

Adapun struktur masing-masing bahan ajar, baik cetak, model atau maket, audio, audio-visual, interaktif dan lingkungan adalah sebagaimana terlampir. Begitu juga dengan teknik penyusunan bahan ajar, sebagaimana terlampir.

D.        PEMANFAATAN BAHAN AJAR
Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui oleh para pendidik/ guru dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar,[16] yaitu antara lain:
a.         Tujuan instruksional hendaknya dijadikan pedoman dalam memilih sumber belajar yang shahih.
b.        Pokok-pokok bahasan yang menjelaskan analisis isi pelajaran yang akan disajikan kepada siswa.
c.         Pemilihan strategi, metode pengajaran yang sesuai dengan sumber belajar.
d.        Sumber-sumber belajar yang dirancang berupa media instruksional dan bahan tertulis yang tidak dirancang.
e.         Pengaturan waktu sesuai dengan luas pokok bahasan yang akan disampaikan kepada siswa.
f.          Evaluasi, yakni bentuk evaluasi yang akan digunakan.

Memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by designed) maupun yang digunakan (by utilization) untuk maksud kegiatan belajar-mengajar, sebaiknya didasarkan pada bagan arus (flowcart) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Langkah-langkahnya secara terinci adalah sebagai berikut:[17]
Langkah 1
Merumuskan TIK.
Langkah 2
Dalam TIK, disebukan secara jelas domain apa saja yang terkandung di dalamnya.
Langkah 3
Menyusun pokok bahasan berdasarkan langkah 1 dan 2.
Langkah 4
Semakin terinci dan jelas kita menjabarkan pokok bahasan sampai beberapa tingkat, akan semakin jelas pula dalam memilih sumber-sumber belajar yang tepat.
Langkah 5
Memilih kegiatan belajar-mengajar, berarti menentukan wahana yang dapat mengantarkan pesan kepada siswa.
Langkah 6
Dalam memilih metode inquiry, yaitu diskusi, eksperimen, darmawisata, simulasi, kerja kelompok, dan lain-lain diperlukan sumber-sumber tertentu sesuai pula dengan tujuan khusus dan kondisi yang diperlukan. Untuk itu diperlukan sumber belajar berupa bahan tertulis dan bahan non cetak.
1.1    Bilamana sumber belajar yang dipilih itu yang paling sesusai adalah bahan tertulis, perlu dikhususkan lagi, misalnya buku teks, modul, ensiklopedi.
1.1.1      Kalau ternyata waktu yang tersedia dibatasi, pemilihan sumber belajar bisa diambil dari daftar di kotak A, yaitu buku teks, majalah, pamphlet, brosur, Koran, gambar, diagram, dan sebagainya.
1.1.2    Jika waktu cukup banyak, artinya setiap individu bebas menurut kemampuan dan kecepatan belajarnya, dapat dipilih sumber belajar di kotak B, yaitu modul, pengajaran berprogram, buku pengayaan, literature tambahan, dan sebagainya.
1.2    Jika waktu terbatas, pergunakanlah sumber-sumber belajar di kotak C, yaitu modul, pengajaran berprogram, lembaran instruksional.
6.2.2    Bila waktu tak terbatas, pakailah sumber-sumber belajar di kotak D, yaitu majalah, surat kabar, dan brosur.
Langkah 7
Bilamana memilih pelbagai metode yang berkelompok dalam strategi expository, apakah akan menggunakan sumber-sumber belajar tertulis atau tidak tertulis?
7.1     Bila diperlukan sumber-sumber belajar tertulis, maka sampai langkah 7.1.1, kalau waktunya terbatas, pilihlah sumber-sumber belajar di kotak E, yaitu buku teks, kamus, dan sebagainya.
7.2     Untuk waktu tak terbatas, pergunakanlah sumber-sumber belajar di kotak F, yaitu majalah, Koran dan brosur.
Kotak G dipilih jika sesuai dengan langkah 7.2.1, yaitu sumber-sumber tak tertulis dan waktu terbatas dengan memanfaatkan narasumber dan ceramah.
Kotak H dipilih untuk sumber belajar tak tertulis dengan waktu cukup banyak. Pakailah sumber-sumber belajar masyarakat berupa majalah, surat kabar, brosur.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.  Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi pelajaran adalah: a) Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/ menunjang tercapainya tujuan instruksional, b) Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan perkembangan siswa pada umumnya, c) Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan, d) Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: 1) Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran, 2) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan 3) Memilih sumber bahan ajar.
Dalam penyusunan bahan ajar, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu: a) Novelty, b) Proximity, c) Conflict, dan d) Humor.
Selain kriteria, ada beberapa pertimbangan teknis yang perlu diperhatikan dalam mengemas materi pelajaran, yaitu: a) Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai, b) Kesederhanaan, c) Unsur-unsur desain pesan, d) Pengorganisasian bahan, dan e) Petunjuk cara penggunaan.
Menurut Andi Prastowo, ada tiga langkah utama pembuatan bahan ajar yang mudah diaplikasikan, yaitu: a) Analisis kebutuhan bahan ajar, b) Menyusun peta bahan ajar, dan c) Membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bentuk bahan ajar.
Memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by designed) maupun yang digunakan (by utilization) untuk maksud kegiatan belajar-mengajar, sebaiknya didasarkan pada bagan arus (flowcart) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang terdiri dari tujuh langkah.
STRUKTUR BAHAN AJAR[18]
No.
Komponen
Bahan Ajar

Cetak
Audio
Audio-Visual
Interaktif
Lingkungan

Ht
Bu
Ml
LKS
Bro
Lf
Wch
F/Gb
Mo/M
Ka/CD/PH
Rad
Vd/Fl
Org
CD
Org

1
Judul
**
**
2
Petunjuk belajar
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
**
3
KD/ MP
-
**
**
**
**
**
**
**
4
Informasi pendukung
**
**
**
**
**
**
5
Latihan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
**
**
**
6
Tugas/ langkah kerja
-
-
-
-
-
**
**
-
-
-
-
-
**
**
7
Penilaian
-
**
**
**
**
**
**
**
**

Keterangan:
Ht=Handout, Bu=Buku, Ml=Modul, LKS=LKS, Bro=Brosur, Lf=Leaflet, Wch=Wallchart, F/Gb= Foto/Gambar, Mo/M=Model/ Miket, Ka=Kaset, CD=Compact Disc, PH=Piringan Hitam, Rad=Radio, Vd=Video, Fl=Film, Org=Orang
√ = Harus ada, - = Tidak ada, ** = Pada kertas lain





TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN AJAR[19]
No.
Jenis Bahan Ajar
Teknik Penyusunan
1
Cetak
(Handout, Buku, Modul, LKS, Brosur, Leaflet, Wallchart, Foto/ Gambar, Model/ Miket)
1.     Judul/ materi sesuai yang disajikan harus berintikan pada KD/ MP yang harus dicapai oleh peserta didik.
2.     Ada enam hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.        Tampilannya jelas dan menarik
b.       Bahasa yang mudah
c.        Mampu menguji pemahaman
d.       Adanya stimulan
e.        Kemudahan dibaca
f.         Materi instruksional
2
Audio
(Kaset/ CD/ PH, Radio)
2.     Judul diturunkan dari KD/ MP sesuai dengan besar kecilnya materi
3.     Adanya petunjuk penggunaan
4.     Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat dan menarik dalam bentuk tertulis dan direkam dalam pita kaset, PH, atau CD
5.     Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain
6.     Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan
7.     Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
3
Audio-Visual
 (Video/ Film, Orang)
1.     Analisis kurikulum
2.     Penentuan media
3.     Skema yang menunjukkan sekuensi (skenario) dari sebuah program video/ film atau skrip
4.     Pengambilan gambar
5.     Proses editing
4
Interaktif
 (CD Interaktif, Orang)
1.     Diperlukan pengetahuan dan keterampilan pendukung yang memadai
2.     Biasanya disajikan dalam bentuk CD
3.     Menurunkan judul dari KD/ MP sesuai dengan besar kecilnya materi
4.     Menuliskan petunjuk pembelajarannya
5.     Menjelaskan informasi pendukung secara jelas, padat, dan menarik dalam bentuk tertulis maupun gambar diam/ bergerak
6.     Menuliskan tugas-tugas dalam program interaktif
7.     Melakukan penilaian terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan
8.     Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi



REFERENSI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar