(Disusun oleh: Rudi Salam Sinulingga)
a.
Pengertian
Kepemimpinan
Secara harfiah kepemimpinan
atau leadership berarti adalah sifat,
kapasitas dan kemampuan seseorang dalam memimpin. Arti dari kepemimpinan
sendiri sangat luas dan bervariasi berdasarkan para ilmuwan yang
menjelaskannya. Menurut Charteris-Black (2007), definisi dari kepemimpinan
adalah “leadership is process whereby an individual influence a group of
individuals to achieve a common goal”. Kepemimpinan adalah sifat dan nilai yang
dimiliki oleh seorang leader. Teory kepemimpinan telah berkembang sejak puluhan
tahun yang lalu dan sudah banyak berbagai referensi dalam bentuk beraneka macam
mengenai topic ini yang dihasilkan dari berbagai penelitian. Fungsi
kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau kelompok sangat penting karena fungsi
kepemimpinanlah sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya melalui jalan dan
cara yang benar. Memahami dengan baik mengenai konsep kepemimpinan sangat
membantu seseorang dan organisasi bekerja lebih efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan dan kondisi yang diinginkan.
Pembagian konsep
kepemimpinan dalam berbagai aspek telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan
ahli. Pembagian style kepemimpinan yang paling dasar dan sekaligus mendasari
perkembangan klasifikasi kepemimpinan sampai saat ini adalah berdasarkan hasil
penelitian Lewin (1939). Beliau membagi style kepemimpinan menjadi 3 kategori
utama yaitu autocratic leadership, democratic leadership, dan delegative
leadership. Masing – masing kategorie ini mempunyai karakteristik dan ciri khas
yang membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa pendapat para ahli
tentang kepemimpinan mengandung
pengertian dan makna yang
sama. Antara lain dikemukakan oleh:
1. Sutarto
Kepemimpinan adalah
rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang
lain dalam situasi tertentu agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sondang P. Siagian
Kepemimpinan adalah suatu
kegiatan mempengaruhi orang lain agar
melaksanakan pekerjaan
bersama menuju suatu tujuan tertentu.
3. Ordway Tead
Kepemimpinan adalah
aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau
bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
4. George Terry
Kepemimpinan adalah
hubungan yang erat ada dalam diri orang atau
pemimpin, mempengaruhi
orang-orang lain untuk bekerja sama secara
sadar dalam hubungan tugas
untuk mencapai keinginan pemimpin.
5. Franklin G. Mooore
Kepemimpinan adalah
kemampuan membuat orang-orang bertindak
sesuai dengan keinginan
pemimpin
b.
Gaya-Gaya
Kepemimpinan
1.
Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang
dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini
ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan
sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak menentukan peran
serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang
menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.
Pemimpin otokratis adalah
seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan
kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya
kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
Adapun
ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:
• Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin
• Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;
• Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;
• Komunikasi berlangsung satu arah dari
pimpinan kepada bawahan;
• Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat;
• Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk
memberikan saran pertimbangan atau pendapat;
• Lebih banyak kritik dari pada pujian,
menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan
cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.
2.
Gaya
Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan
demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya ini kadang-kadang
disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan
dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin
kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
a.
Wewenang pemimpin tidak mutlak;
b.
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian
wewenang kepada bawahan;
c.
Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara
pimpinan dan bawahan;
d.
Komunikasi berlangsung secara timbal balik,
baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan;
e.
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;
f.
Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun
bawahan;
g.
Banyak
kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat;
Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada
intruksi;
h.
Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan
bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati.
3. Gaya Kepemimpinan Delegatif
Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan
jarangnya pemimpin memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan
diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri
(MacGrefor, 2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas
prilaku seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan
demikian maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh
karakter pribadinya. Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan
yang dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar
dapat menjalankan kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan
oleh pimpinan dengan berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok
dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi.
dengan demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi kepada
bawahannya, bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada bawahannya.
4.
Gaya
Kepemimpinan Birokratis
Gaya
ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku
pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi
pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat
keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya
fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja
kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas
dari ketentuan yang ada.
Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis
adalah sebagai berikut:
a.
Pimpinan menentukan semua keputusan yang
bertalian dengan seluruh pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk
melaksanakannya;
b.
Pemimpin menentukan semua standar bagaimana
bawahan melakukan tugas;
c.
Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan
tidak menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan.
5.
Gaya
Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya
ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan
kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias berjalan
apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar
tujuan dan sasaran cukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali
menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat
sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai
berikut:
• Bawahan diberikan
kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi dengan
hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;
•
Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau
penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil,
sebagai dorongan;
• Hubungan antara atasan
dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer bertindak cukup baik;
•
Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau
perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan
pendapatannya.
6.
Gaya
Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan
segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang
otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diberikan.
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu
lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan
diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah
suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif
yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.
7.
Gaya
Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan
demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada
para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai
suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Tipe kepemimpinan demokratis merupakan
tipe kepemimpinan yang mengacu pada hubungan. Di sini seorang pemimpin selalu
mengadakan hubungan dengan yang dipimpinnya. Segala kebijaksanaan pemimpin akan
merupakan hasil musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide yang konstruktif.
Pemimpin sering turun ke bawah guna mendapatkan informasi yang juga akan
berguna untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan selanjutnya.
8.
Gaya
Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan
karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara
berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya
kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan
terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong
Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka.
Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan
maaf, dan janji.
9.
Gaya
Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya
kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya,
melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih
ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya,
dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan
kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka
sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut,
tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
10.
Gaya
Kepemimpinan Otoriter
Tipe
kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan
tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka
kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia
memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan
baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan
kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah
diperhatikan.
Kelebihan
model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada
satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia
memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada
adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah
kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan
tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah
prinsip hidupnya.
11.
Gaya
Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari gaya
kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua
orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri
pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari
segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya.
Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan
mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan
lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan
seperti ini permasalahan dapat di selesaikan dengan
kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa
terjalin dengan baik.
12.
Gaya
Kepemimpinan Administratif
Gaya
kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan.
Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko dan
mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika
mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya
cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited
change.
13.
Gaya
kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan
didasarkan pada proses analisis, terutama analisis logika pada setiap
informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan
pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model
ini sangat mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang
masuk akal serta kuantitatif.
14.
Gaya
kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang
sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik.
Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut
pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.
15.
Gaya
kepemimpinan entrepreneur.
Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian kepada kekuasaan dan hasil
akhir serta kurang mengutamakan pada kebutuhan akan kerjasama. Gaya
kepemimpinan model ini biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan standar
yang tinggi.
16.
Gaya
Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner, adalah pola
kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu
dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan
dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu.
Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana
dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
1.
Seorang
pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan
pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
2.
Seorang
pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan
bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang
plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di
luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor,
dan pelanggan).
3.
Seorang
pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek
organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus
terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan
pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa
depan (successfully achieved vision).
4.
Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau
mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini
merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk
mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini
termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri
menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Dalam era turbulensi lingkungan seperti sekarang ini, setiap pemimpin harus
siap dan dituntut mampu untuk melakukan transformasi terlepas pada
gaya kepemimpinan apa yang mereka anut. Pemimpin harus mampu
mengelola perubahan, termasuk di dalamnya mengubah budaya organiasi yang tidak
lagi kondusif dan produktif. Pemimpin harus mempunyai visi yang tajam, pandai
mengelola keragaman dan mendorong terus proses pembelajaran
karena dinamika perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin
ketat.
17.
Gaya
Kepemimpinan Situasional
kepemimpinan
situasional adalah “a leadership contingency theory that focuses
on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan
situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda,
tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori
kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang
terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan
hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang
tepat.
Efektivitas
kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi
bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara
keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada
fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.
Dari cara
pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya
terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional
bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai
pengikut dan gaya kepemimpinan.
18.
Kepemimpinan
(Traits model of ledership)
Kepemimpinan ini pada tahap awal mencoba meneliti tentang
watak individu yang melekat pada diri para pemimpin,
seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam
bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
Pada
umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan,
kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul,
status sosial ekonomi mereka dan lain-lain. Terdapat enam kategori faktor
pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas,
prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian
banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara
pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung
dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah
faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para
pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk
mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang
baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara
karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi
tingkat signifikasinya sangat rendah.
19.
Kepemimpinan
Militeristik
Tipe pemimpin seperti
ini sangat mirip dengan tipe pemimpin otoriter yang merupakan tipe pemimpin
yang bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik
adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan
mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual
dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
REFERENSI
wah lengkap sekali semoga bermanfaat
BalasHapusAplikasi Kasir Online Omegasoft